Ikhlaslah!! dan Ridha Karena Allah.... (Kisah Nelayan Mukmin dan Nelayan Kafir)
Pada zaman dulu, ada dua orang nelayan, seorang mukmin dan seorang lagi kafir. Pada suatu hari kedua-duanya turun ke laut untuk menangkap ikan. Semasa menebar jala, nelayan kafir menyebut nama tuhan berhalanya. Hasil tangkapannya amat banyak.
Berlainan pula dengan nelayan mukmin. Ketika dia menebar jalanya, nelayan mukmin itu menyebut nama Allah. Hasilnya tidak ada seekor pun ikan yang tersangkut pada jaringnya. Hingga waktu mulai senja, nelayan mukmin tidak berhasil mendapat seekor ikan pun Sedangkan nelayan kafir itu kembali dengan membawa ikan yang sangat banyak.
Meskipun pulang dengan tangan kosong, namun nelayan mukmin itu tetap bersabar serta ridla dengan apa yang Allah takdirkan. Si-kafir yang membawa berbakul-bakul ikan pulang dengan rasa bangga dan congkak.
Malaikat yang melihat keadaan nelayan mukmin ini berasa simpati lalu mengadu kepada Allah. Allah memperlihatkan kepada malaikat tempat yang disediakan oleh-Nya untuk nelayan mukmin itu; yaitu sebuah syurga.
Berkata malaikat "Demi Allah, sesungguhnya tidak memberi arti apa-apa pun penderitaan di dunia ini jika dia mendapat tempat di syurga Allah."
Setelah itu Allah memperlihatkan tempat yang disediakan untuk nelayan kafir. Berkata malaikat "Alangkah malangnya nasib si-kafir. Sesungguhnya tidak berguna langsung apa yang dia dapat di dunia dahulu sedangkan tempat kembalinya adalah neraka jahannam."
Moral Dan I'tibar...
Tempat seorang Mukmin adalah di syurga sedangkan kediaman orang kafir adalah di neraka.
Dunia adalah syurga bagi orang kafir.
Kekayaan dan kemewahan di dunia tidak akan kekal sampai ke akhirat.
Kesusahan orang mukmin di dunia tidak seberapa jika dibandingkan dengan kenikmatan yang disediakan Allah di syurga.
Kesenangan orang kafir di dunia tak berharga jika dibandingkan dengan azab siksa yang disediakan di neraka.
Kesenangan atau kesusahan seseorang bukan menjadi tolak ukur bagi keredhaan Allah; yang menjadi penentu ialah keimanan terhadapNya.
Kesusahan di dunia bukan berarti Allah tidak menyukai seseorang.
Begitu juga kemewahan yang Allah berikan kepada seseorang bukan berarti Allah meridhainya.
Ridha di atas takdir Ilahi adalah sifat mukmin sejati. Jangan berputus asa, kecewa atau sedih apabila melihat orang kafir senang dan mewah dalam kehidupan di dunia.
Keimanan seseorang adalah lebih mahal daripada dunia dan isinya. Apalah artinya kemewahan jika tidak mensyukuri dan beriman dengan Allah.
Wallohu ‘alamu bishshowaab…